GEMPA ACEH 2004

Gempa Sebesar Gempa Aceh 2004 Ancam Sumatera

Senin, 18 Januari 2010 | 09:35 WIB

TEMPO Interaktif, Sydney - Sekelompok ilmuwan memperingatkan ancaman gempa besar di wilayah Sumatera. Karena itu, mereka meminta pemerintah bersiap mengantisipasi kemungkinan gempa yang diperkirakan bisa menimbulkan korban tewas seperti bencana tsunami di Aceh.

Kelompok ilmuwan yang dipimpin Profesor John McCloskey dari Enviromental Sciences Research Institute di University of Ullster, Irlandia Utara, mengirim peringatan tersebut melalui surat di jurnal Nature Geoscience, Ahad (17/1). Salah satu dari kelompok ilmuwan tersebut adalah Danny Hilman Natawidjaja dari Institut Teknologi Bandung.

Menurut surat tersebut, para ilmuwan memperkirakan gempa lebih besar dari gempa Padang yang menewaskan lebih dari 1.000 orang tahun lalu.

Karena itu, kelompok ilmuwan tersebut meminta pemerintah dan organisasi-organisasi non-pemerintah untuk bersiap diri untuk menghadapi kemungkinan gempa yang lebih besar.

“Ancaman gempa besar berpotensi tsunami dengan kekuatan lebih dari 8,5 (magnitud) di segmen Mentawai tidak bisa diabaikan... Ada kemungkinan korban jiwa menyamai tsunami di Samudra India pada 2004,” tulis surat tersebut.

Para ilmuwan tersebut tidak memperkirakan waktu terjadinya gempa. Akan tetapi, mereka memperingatkan bahaya yang mungkin mengenai daerah Padang. “Ancaman gempa seperti itu jelas dan kewaspadaan untuk aksi penanggulangan harus ditingkatkan,” lanjut surat tersebut.

Pada Maret 2005, McCloskey memperingatkan gempa 26 Desember 2004 di Aceh bisa berdampak pada terjadinya gempa besar di wilayah sekitar Sumatera.

Dua pekan setelah peringatan McCloskey, gempa berkekuatan 8,4 skala Richter menggoyang Kepulauan Simeuleu pada 28 Maret 2005. Gempa tersebut memicu tsunami yang mencapai tiga meter.

Dalam surat mereka, para ilmuwan menjelaskan perhitungan mereka mengenai ancaman gempa besar setelah terjadinya gempa berkekuatan 7,6 magnitud di Padang pada 30 September 2008.

“Kami tidak boleh membiarkan hal yang bakal terjadi. Gempa terjadi, dan menelan korban jiwa. Gempa itu akan menewaskan korban lebih banyak lagi jika kita tidak bekerja sama secara baik. Kita harus memulainya sekarang,” jelas tulisan tersebut.

LONGSOR CIWIDEY

17 Korban Masih Terkubur Longsor Ciwidey

17 Korban Masih Terkubur Longsor Ciwidey
Pantauan udara dari helikopter milik PMI menunjukkan suasana tempat terjadinya bencana longsor tebing Gunung Waringin, Kampung Datar Kiara, Desa Tenjolaya, Kelurahan Tenjolaya, Kecamatan Pasir Jambu Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jabar, Rabu (24/2). (ANTARA/Koordinator Transportasi Udara PMI-Agus Sukoco)
Bandung (ANTARA News) - Upaya pencarian korban longsor di perbukitan Waringan, Perkebunan Teh Dewata, Kampung Dewata, Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, dilanjutkan mulai Sabtu pagi ini, mengingat 17 korban longsor masih tertimbun tanah ambruk.

Evakuasi sebelumnya, Jumat (26/2), berhasil mengangkat 10 jenazah di mana tujuh diantaranya ditemukan menjelang salat Jumat dan sudah diidentifikasi.

Ketujuh korban yang sudah diidentifikasi adalah Dasep (45), Enah (60), Kirana (4), Nandi (13), Eka (25), Asni (3), dan Adang Enggit (40).

Evakuasi di hari kelima ini masih akan mengandalkan eskavator, personel TNI serta Tim SAR, dan masih akan mengandalkan alat manual seperti cangkul, tetapi hari ini jumlah alat berat mungkin bertambah untuk memindahkan gundukan tanah yang cukup luas.

Koswara, petugas Posko Bencana Longsor Kecamatan Pasir Jambu, menuturkan evakuasi di hari kelima pasca longsor akan dilakukan di area yang sebelumnya belum tersentuh.

Menurutnya, petugas di lapangan kesulitan mengangkut karena harus melintasi areal longsor yang masih rentan longsor lagi karena tanah sekitar tempat kejadian masih terus bergerak.

"Tanahnya bergerak, tapi untungnya saat proses evakuasi tidak turun hujan. Hujan baru turun saat sore menjelang petang atau sekitar jam enam sore," kata Koswara.

Ia menjelaskan, menjelang shalat Jumat, tim evakuasi berhasil menemukan tujuh korban tewas. "Jumat sore ditemukan tiga korban lagi sehingga total jadi 30 orang," kata Koswara.

Evakuasi didukung ratusan personel TNI, Polri, PMI, dan masyarakat sipil difokuskan di perkampungan yang tertimbun.

Berdasarkan prosedur, evakuasi akan dilakukan selama seminggu, sementara keluarga korban, baik warga Dewata maupun luar daerah, menunggu di Masjid Al Hidayah untuk mengetahui hasil evakuasi.

Korban yang ditemukan langsung diserahkan ke keluarga untuk dimakamkan di daerah asalnya. "Sebagian besar dimakamkan di Tenjolaya. Ada juga yang dimakamkan dibawa keluarganya," kata Koswara. (*)

abcs